System kerja dari alat deteksi dini penyakit ini pertama kali dikembangkan oleh Reinholdt Voll pada tahun 1953. Alat yang dikembangkan tersebut bernama EAV (Electroacupuncture According to Voll) yang berguna untuk diagnosis dan terapi. Elektroakupuntur merupakan suatu penggunaan listrik untuk menstimulasi jarum akupuntur. Jarum akupuntur digunakan untuk perangsangan titik-titik refleksi. Penggunaan jarum kadangkala membuat pasien merasa takut dan ngeri. Oleh sebabnya dibuatlah suatu pengembangan akupuntur dengan menggunakan arus listrik.
Berbagai penelitian telah dilakukan berbagai kalangan kedokteran modern untuk menyelidiki tentang akupuntur dan aspeknya. Kini telah diketahui bahwa titik-titik refleksi/akupuntur mempunyai sifat-sifat yang berbeda dibandingkan dengan daerah kulit lainnya, seperti :
1. Memiliki tahanan listrik yang lebih rendah
2. Potensial listrik lebih tinggi daya hantar listrik lebih tinggi
3. Daya hantar gelombang suara lebih tinggi
4. Daya hantar listrik lebih tinggi
5. Mempunyai hubungan dengan saraf otonom (berhubungan dengan zone of autonomic concentration)
Pada proyek akhir ini, sifat yang digunakan sebagai dasar untuk pembuatan alat deteksi dini penyakit ini berdasarkan nilai tahanan tubuh, potensial listrik dan hubungannya dengan saraf otonom. Adanya titik-titik refleksi dapat diperlihatkan dengan point detector yang ada di alat. Point detector yang digunakan adalah probe multimeter.
Gambar 3.1 Perancangan sistem pendeteksian
Pada gambar 3.1 diatas dapat diartikan bahwa tubuh manusia sebagai tahanan. Tahann yang digunakan tepat di titik refleksi, menurut Nakatani hal ini karena titik refleksi atau akupuntur merupakan tempat terbaik untuk mengahntarkan arus listrik (sebagai konduksi yang baik). Sedanglan menurut Volt, Niboyet dan Nogier ttitik refleksi atau akupuntur mempunyai tahanan yang lebih rendah daripada tempat lainnya di kulit. Pada dasarnya alat ini terdiri atas dua bagian yaitu acupoint detector (untuk mendeteksi penyakit) dan stimulator (untuk terapi).
Acupoint Detector
Acupoint detector berdasarkan prinsip kerja Ohmmeter, dimana tahanan listrik suatu benda dapat diukur setelah dialirkan arus listrik pada benda tersebut. Pada Ohmeter prinsip kerjanya adalah benda dialiri arus listrik dan diukur tahanannya (Gambar 3.2). sedangkan pada ampermeter, yang diukur adalah besar arus sehingga tidak diperlukan sumber lsitrik karena sumbernya adalah benda itu sendiri. Atau dengan kata lain tahanan merupakan komponen pasif, sedangkan arus merupakan komponen aktif dalam dunia elektronika.
Gambar 3.2 Ohmmeter
Prinsip pengukuran pada titik refleksi tangan ini, berdasarkan hasil riset Kao FF dan Kao JJ yang menyebutkan bahwa titik akupuntur mempunyai tahanan listrik kulit lebih rendah daripada jaringan sekitarnya. Jika titik akupuntur dialiri dialiri listrik maka akan terjadi penyimpangan pada skala Ohmmeter yang lebih kecil bila dibandingkan dengan penyimpangan yang ditimbulkan oleh jaringan yang bukan titik akupuntur.
Untuk menentukan tahanan listrik di permukaan diperlukan kuat arus tertentu yang mampu menembus tahanan listrik di tubuh. Menurut nakatani, kuat arus listrik yang dialirkan untuk untuk pendeteksian tidak boleg lebih dari 200 µA.
Stimulator
Bagian ini digunakan untuk terapi dan perangsangan titik-titik refleksi di telapak tangan. Dalam terapi ataupun perangsangan harus diatur kekuatan arusnya, frekuensi dan lama perangsangan. Namun dalam proyek akhir ini belum mencapai tahap yang significant mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk terapi, frekuensi dan kekuatan arus yang spesifik.
Arus listrik yang digunakan bisa menggunakan arsu searah (DC) maupun arus bolak-balik (AC). Pada perancangan system alat deteksi dini penyakit ini masih menggunakan arus DC. Pada arus DC dibedakan menjadi dua yaitu arus searah tetap (Smooth DC) dan arus searah pulsasi (Pulsating DC). Secara garis besar, arus searah tetap hanya dapat dirasakan pasien pada waktu arus masuk dan keluar saja. Pada arus searah pulsating dikenal adanya pembagian jenis gelombang listrik seperti gelombang siku, gelombang segi dan gelombang sinusoid. Dalam jurnal kesehatan mengenai akupuntur yang diterbitkan oleh RS Dr Cipto Mangunkusuma disbutkan bahwa sinyal yang digunakan adalah yang siku dan persegi. Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 KHz.
Cara merangsang maupun menerapinya yaitu dengan menggunakan elektroda dengan diameter tertentu. Pada proyek akhir ini menggunakan probe multimeter. Stimulasi diberikan pada tegangan kurang lebih 21 volt dan arus sebesar 200mA.
thanks for ur information..
ReplyDelete