Sunday, December 12, 2010

ELEKTROAKUPUNTUR

By Research Prof. dr. Dewi Ambarsari, ST, Msc, AMIN..
Company @ IT Telkom, Bandung, Indonesia, NIM 611081066

Definisi
Suatu metode Akupuntur menggunakan listrik arus lemah untuk bisa mendeteksi dan terapi melalui titik-titik refleksi ataupun titik akupuntur. Saya sebenarnya masih bingung, apakah titik refleksi dan titik akupuntur itu sama?
Dalam riset ini, untuk sementara waktu dianggap sama. Sebenarnya yang berbeda hanya dalam hal penamaan saja. Titik akupuntur lebih condong ke pengobatan menggunakan jarum, sedangkan titik refleksi lebih condong ke pemijatan. So, sama atau ngga ya??

Orang yang pertama kali memprakarsai adanya elektroakupuntur ini adalah bapak Voll, namanya sangat terkenal di dunia elektroakupunturis dunia. Alat elektroakupuntur beliau terkenal dengan nama EAV (Elektroakupuntur Voll). Mekanisme kerja EAV yaitu dengan mengukur nilai resistansi yang ada di kulit. Nilai resistansi kulit manusia sebenarnya tersebar di seluruh permukaan kulit, namun menurut hasil riset, nilai resistansi terendah terletak di tangan. Itulah sebabnya orang banyak kesetrum lewat kontak tangan. 


Resistansi kulit
Hal-hal yang mempengaruhi nilai resistansi kulit manusia itu yaitu jenis kelamin. Antara perempuan dan laki-laki, lebih besar nilai resistansi laki-laki. Jika tangan kita dalam keadaan basah maka nilai reistansi di kulit pun akan semakin kecil. Selain itu juga jika badan kita sedang tidak fit maka resistansi di tubuh akan menurun.
Dari tadi ngomongin resistansi? Sebenarnya resisitansi itu apaan sih?? Resistansi itu sama kayak hambatan. Kalau dalam dunia elektronika bisanya digunakan sebagai penghambat arus listrik. Kalau pengen tau mengenai reistansi kulit yang lengkap, lihat aja postingan ku yang tentang resistansi kulit manusia.

Gambar diatas adalah salah satu karya Dr Voll, sebenarnya pengembangan sih. EAV yang pertama kali dibuat oleh Dr. Voll belum sampai terhubung ke komputer, namun du jaman yang serba canggih dan teknologi ini dituntut untuk semua alat berbasiskan personal computer. Coz jika dilihat dari segi ekonomis lebih murah. Namun pasti perlu orang yang mau berfikir untuk bisa buat software yang membantu manusia dalam berbagai hal. Misalnya, sepert riset di IT Telkom, kalau ECG biasanya udah ada alat khusus buatan luar negeri. Nah, di IT Telkom ada Proyek/ Tugas akhir mahasiswa yang bikin ECG berbasiskan Personal Computer. Gimana g keren..?? sebenarnya Indonesia ini sangat banyak potensinya, namun kadanga sia-sia. Coz sangat jarang orang yang mau kerja sebagai peneliti. Padahal kala di luar negeri, peneliti itu gajinya sangat menggiurkan. Itulah perbedaan dan yang membuat negara tercinta kita ini g maju-maju. Yang diurusi hanya korupsi aja.. untung aja di kosanku ga ada TV, jadi g dongkol. Agak ketinggalan berita sih, tapi gpp lah. Coz paling-paling penuh dengan berita kebobrokan mental Indonesia.


Waduhhh kok malah nglantur. Back to topik…
klo gambar ini, gambar saat sang terapis sedang mendeteksi penyakit pasien. Yang dipegang di tangan kanan pasien adalah grounding. Lalu sebelah kirinya adalah probe untuk mendeteksi penyakit dan menyalurkan arus listrik ke titik akupuntur/refleksi.
Kenapa yang yang diterapi di tangan sebelah kiri?? Beradasarkan sumber yang penulis dapat, bahwa bagian tubuh sebelah kiri itu lebih cepat mengalirkan arus listriknya. So, berarti nilai resistansi sebelah kiri tubuh lebih kecil dibandingkan yang sebelah kanan. Penelitian itu berdasar dari pengambilan sampel dari orang-orang kesetrum serta akibatnya. Orang-orang yang kontak ke listrik menggunakan tangan sebelah kiri, akibat luka bakarnya lebih parah daripada yang kontak dengan listrik menggunakan tangan kanan.
Saya pernah nyoba mendeteksi penyakit menggunakan tangan kanan, sebenarnya bisa, hampir sama. Tapi klo secara logika, laiat aja, tangan kanan kita lebih tebal dan kasar. Iya g?? kapalan klo kata orang. Kapalan ini akan memperbesar nilai resistansi si kulit. Saat kulit mengelupas, resistansinya pun tinggi juga. Coz pembuluh darah melebar.


EAV (Elektro Akupuntur Voll)
Kembali ke EAV. Hehe.. untuk anak-anak elektro pasti pada penasaran, berapa sih nilai tegangan catuan yang musti di gunakan untuk bisa mendeteksi nilai resistansi di kulit.
Ada 2 pendapat yang berbeda dari 2 peneliti, yaitu Voll (Orang Jerman) dan Nakatani (Orang Jepang). Kata pak Voll saat deteksi itu kita memerlukan arus sebesar 1-25uA. Sedangkan pak Nakatani 200uA. Kalau menurut saya, mereka berdua menggunakan studi kasus yang berbeda. Kalau pak Voll pakenya arus AC, sedangkan pak Nakatani arus DC. Klo arus 200uA AC, bukannya mendeteksi malah menyetrum habis pasien. Tentang berapa ukuran arus yang boleh masuk ke tubuh manusia, buka aja lagu postingan ku yang tentang arus yang melewati tubuh manusia. Tegangan yang digunakan itu kurang ebih 1 Volt. So mau pake AC atau DC?

Jangan sembarang AC atau DC. Di DC ada 2 jenis arus, arus DC tetap dan arus DC pulsasi. Arus DC tetap g akan ngaruh saat digunakan untuk mendeteksi. Yang digunakan pada EAV adalah arus DC pulsasi. Di pulsasi yang digunakan juga tidak sembarang pula. Yang digunakan biasanya yang gelombangnya Square, dan segitiga. Kok g yang sinusoidal? Karena yang sinusoidal itu bisa menyebabkan jarungan di kulit cepat panas.
Di arus AC berarti juga sama, harus yang menggunakan gelombang kotak atau segitiga. Padahal keluaran arus AC itu sinusoidal. So komponen apa aja yang kita perlukan saat merancang EAV???

To be continued… to ELEKTOAKUPUNTUR part 2

1 comment:

Cara Menyenangkan Mengajarkan Bahasa Inggris Pada Anak

pic from : bnu.edu.iq Mumpung lagi on-fire nulis blog, mari lanjutkan tulisan yang udah terlanjur numpuk di otak. Hehe.. Kali ini saya...