Thursday, October 8, 2015

Hidup adalah proses belajar


Hidup tidak sekadar hidup, hidup adalah proses belajar

Belajar mempuyai tujuan untuk mendapatkan ilmu.

Ilmu seperti apakah? Allah menyanyangi orang-orang yang berilmu, bahkan memberikan tempat yang tinggi di sisi-Nya.

Bahkan ilmu yang bermanfaat merupakan amalan yang tidak akan pernah lekang dimakan jaman. Akan selalu mengikuti sampai kita sampai ke akhirat. 

Tujuan kita diseru untuk menuntut ilmu adalah supaya kita takut pada Allah. Semakin orang berilmu, maka akan semakin rendah hati dan takut kepadaNya. Bukannya malah berjalan dengan sombong dan angkuh, merasa seolah-olah dirinya paling pintar. 

Ada kisah, seorang istri yang dirundung sedih karena suaminya di diagnosa menderita kanker stadium lanjut. Dunia seakan runtuh, dan membuatnya down. Namun sang istri berusaha melawan kesedihannya itu dengan berkeliling untuk pengajian sambil meminta didoakan supaya suaminya sembuh.

Di pagi hari, kebetulan saya bertemu dengan ibu tersebut , “Ibu, gimana kabar bapak?”.
“Alhamdulillah kemonya lancar. Ini mau ikhtiar lagi ke dr.Warsito. “, ujar si ibuk.
Dari hasil obrolan tersebut, si ibuk bercerita kalau dirinya merasa tenang dan malahan semakin dekat dengan Allah. Ibuk tadi berhasil mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi pada suaminya. Musibah seperti apapun, jika kita berhasil melaluinya dengan sikap yang positif, insya Allah akan membuat kita menjadi semakin dekat dengan-Nya. 
Hal itulah yang paling didamba oleh setiap hamba-Nya.
 


Wednesday, October 7, 2015

Mau dibawa kemana bahtera rumah tangga ini?





Jika ada materi kuliah tentang rumah tangga, maka akan sangat banyak sekali sub bab materi tentangnya. Dari mulai fisik, materi sampai pembelajaran baitiniah. Dari sejak menikah pasti sering kita menjumpai ucapan, “selamat menempuh hidup baru”. Memang benar2 baru... Dan sangat berbeda dengan kondisi saat masih single.

Selintas aku berpikir, Ya Allah kenapa ya saat sudah berumah tangga banyak sekali masalah dan hal yang perlu dipikirkan. Padahal dahulu saat kita masih sekolah, seolah tanpa beban. Seolah kita sudah pasrah dan yakin ada yang menjamin. Iya memang, saat kita masih menjadi seorang anak, tujuan kita hanya menjadi anak yang berbakti dan bisa menjadi kebanggan orang tua. Masalah uang saku, uang SPP, baju baru, bukan menjadi pikiran kita. Karena kita yakin ada orang tua sebagai tempat kita meminta.

Saat hidup berumah tangga, kita dituntut untuk bisa mandiri. Baik secara finansial maupun emosional. Namun kadang kita lupa, ada Allah yang bisa menjadi pelabuhan sekaligus tumpuan kita untuk mengadu. Allah sudah menjamin semuanya. Segala prasangka buruk kita pada kehidupan rumah tangga, seakan menutupi hijab bahwa ada Allah dalam kehidupan rumah tangga.

Tidak dipungkiri, yang menjadi masalah nomor satu dalam kehidupan rumah tangga adalah finansial. Bukan masalah banyak sedikitnya. Namun berkah atau tidaknya. Pernah suatu saat saya berdiskusi dengan beberapa di kantor. Awalnya saya menganggap mereka tidak mempunyai permasalahan finansial, karena gaji mereka lebih tinggi. Namun ternyata tidak, masing-masing orang memiliki rejeki yang unik. Ada yang sebagai tulang punggung keluarga karena suaminya memilih untuk resign. Ada juga yang ayahnya sakit, sehingga rejeki yang dia dapat digunakan untuk membantu orang tuanya. Ada juga yang bermasalah dengan keluarga iparnya, yang sering meminjam uang. Subhanallah..

Jadi saat saya akan mengeluh, saya merasa malu. Masih banyak orang yang kelihatannya enjoy dengan hidupnya, ternyata mempunyai masalah dengan keunikan masing-masing.
Bisa tidak ya, kita semua menjadikan Allah sebagai tumpuan atas problema hidup berumah tangga. Insya Allah bisa.. 

Love Allah. Love Rasulullah.

Cara Menyenangkan Mengajarkan Bahasa Inggris Pada Anak

pic from : bnu.edu.iq Mumpung lagi on-fire nulis blog, mari lanjutkan tulisan yang udah terlanjur numpuk di otak. Hehe.. Kali ini saya...