Ilmu agama
tidak bisa diperoleh dengan hanya membaca buku atau kitab atau internet. Akan
tetapi harus talaqqi, belajar secara langsung kepada para ulama yang dipercaya.
Hal ini seperti yang menjadi tradisi di dunia pesantren.
Mengapa dalam
ilmu agama harus belajar melalui seorang guru, dan tidak cukup secara otodidak?
Hal ini didasarkan pada hadits-hadits berikut ini.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
يا أيها الناس تعلموا فإنما العلم بالتعلم والفقه بالتفقه
"Wahai manusia, belajarlah ilmu. Karena sesungguhnya ilmu hanya diperoleh dengan belajar dan pengetahuan agama hanya diperoleh dengan belajar melalui guru. (Hadits hasan).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من قال في القرآن برأيه فأصاب فقد أخطأ
"Barangsiapa berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya sendiri, lalu pendapat itu benar, maka ia telah benar-benar keliru".
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار
"Barangsiapa yang berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya, maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka". (Hadits shahih).
Hadits-hadits di atas memberikan pengertian keharusan berguru dalam ilmu agama. Bukan dipelajari secara otodidak dari buku dan Google.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
يا أيها الناس تعلموا فإنما العلم بالتعلم والفقه بالتفقه
"Wahai manusia, belajarlah ilmu. Karena sesungguhnya ilmu hanya diperoleh dengan belajar dan pengetahuan agama hanya diperoleh dengan belajar melalui guru. (Hadits hasan).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من قال في القرآن برأيه فأصاب فقد أخطأ
"Barangsiapa berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya sendiri, lalu pendapat itu benar, maka ia telah benar-benar keliru".
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار
"Barangsiapa yang berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya, maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka". (Hadits shahih).
Hadits-hadits di atas memberikan pengertian keharusan berguru dalam ilmu agama. Bukan dipelajari secara otodidak dari buku dan Google.
Berdasarkan
paparan di atas, orang yang belajar ilmu agama secara otodidak atau belajar
kepada kaum orientalis tidak bisa dikatakan sebagai orang yang alim, akan
tetapi disebut sebagai bahits, peneliti dan pengkaji. Orang semacam ini tidak
boleh menjadi rujukan dalam agama. Wallahu allam..
Dalam hidup
berumah tangga seorang suami yang memiliki guru dalam ilmu agama akan lebih
menghargai dan menyayangi istrinya. Seorang guru yang sudah dekat muridnya
pasti akan memiliki ikatan batin yang cukup kuat dengan muridnya. Saat rumah
tangga dirundung masalah atau musibah, sang guru datang dengan nasehat dan bimbingan
yang bisa menjadi solusi.
Tidak hanya
itu, pengaruh doa guru juga sangat berpengaruh untuk mendapatkan keberkahan
berumah tangga. Keberkahan tidak hanya dari sisi materi semata. Anak-anak
soleh, anak-anak sehat, rumah tangga sakinah mawadah warahmah, merupakan suatu
keberkahan yang luar biasa.
Kadang kita
tidak sadar akan nikmat yang Allah berikan. Oksigen yang kita hirup merupakan
nikmat Allah yang tidak dapat kita hitung nilainya. Dengan bekerja seumur hidup
kita tidak akan mampu untuk membeli oksigen. Coba, kita iseng ga ngirup oksigen
5 menit aja.. ???????
Mari kita
bangun keluarga yang indah, yang dihiasi dengan cahaya cinta dan iman
kepada-Nya.
Big Hug Papa,
Love U Suamiku (semoga suatu saat engkau membaca tulisan ini) hihihiii
9 Syawal 1436
H / 24 Juli 2015
sumber :
No comments:
Post a Comment