Wednesday, December 14, 2011

ELEKTROAKUPUNTUR part 2



By Research Prof. dr. Dewi Ambarsari, ST, Msc, AMIN..
Company @ IT Telkom, Bandung, Indonesia, NIM 611081066
Bandung, 27 Februari 2011

Komponen serta bagian blok sistem yang penting dari elektroakupuntur yaitu meliputi berikut ini :
SENSOR
Sensor apa sih yang digunakan? Sensor yang digunakan untuk mendeteksi nilai resistansi di permukaan kulit ini sebenarnya ada 2 buah, potensiometer dan elektoda. Elektroda yang bagus dan akurat terbuat dari bahan Ag/AgCl. Namun di Indonesia harganya, subhanallah, mahal bener, dan jarang banget nemu yang berbahan substrat Ag. Jadilah saya pake probe multimeter. Hiks… belum ada pengujian yang bilang sih klo probe multimeter akurat. Klau ada yang nemu jurnal yang bilang klo probe multimeter bisa dipakai tolong di share emailku ya..
Yang bisa diketahui adalah potensial setengah sel dari masing-masing substrat diatas.
AgCl     = +0.223 V
Ag        =+0.799 V
Cu        = +0.340 V dan +0.522 V[1]
Yah, setidaknya potesial setengah selnya g terlampau jauhlah potensial setengah selnya. By the way, tau g potensial setengah sel itu apa? Dari hasil penterjemahan google, potensial setengah sel itu adalah perbedaan potensial, dalam dunia biomedis dikenal dengan potensial setengah sel. Yang saya tuliskan diatas adalah potensial setengah sel standarnya.
SINYAL CONDITONING
Sinyal conditoning adalah pengaturan sinyal agar sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Pada elektoakupuntur ini ada 2 kondisi sinyal yang diiginkan, saat mendeteksi dan menerapi.
1.      Deteksi (Acupoint Detection)
Tegangan referensi 1 V
Arus DC 200uA, arus AC 1-25uA
Sinyal dalam bentuk kotak atau segitiga
2.      Terapi (Stimulation)   
Tegangan < 21V
Frekuensi 0.8-10 Hz
Trus kira-kira rangkaian yang kayak gimana yang digunakan untuk mengatur sinyal conditioning seperti keadaan diatas? Saya juga masih bingung. Hehe…
Dalam proyek akhir ini, saya batasi memakai arus AC saja. Soalnya berdasarkan googling, sangat susah untuk menaikan nilai teganganDC dari 1V-21V. Pertama DC diubah dulu menjadi AC dengan rangkaian konverter DC to AC, baru deh bisa dinaikan nilainya. Kalau pake trafo juga susah,soalnya DC tuh ga ada frekuensinya, jadi makin ribet.
Dari berbagai pertimbangan diatas maka pada perancangan alaktroakupuntur ini menggunakan sumber arus AC. AC kan bisa fleksibel, mau dinaikan tinggal pake trafo step up, mau diturunin bisa pake trafo step down atau bisa pake IC jenis LM78xx/79xx. Pembacaan IC jenis LM ini berdasarkan dari nilai xx dibelakangnya. Misalnya LM 7805, berarti tegangan keluaran dari IC ini adalah 5V.
Pada proyek akhir ini menggunakan trafo jenis CT. kenapa pakai CT, karena CT bisa diatur step up maupun step down, tergantung peletakannya. Tegangannya bisa dari – menuju +. Jadi bandwidthnya lebih lebar.
1.      Deteksi
     2.  Terapi


No comments:

Post a Comment

Cara Menyenangkan Mengajarkan Bahasa Inggris Pada Anak

pic from : bnu.edu.iq Mumpung lagi on-fire nulis blog, mari lanjutkan tulisan yang udah terlanjur numpuk di otak. Hehe.. Kali ini saya...